Bioengineering

Padepokan Ciliwung Condet dalam Antisipasi Erosi dari Banjir Sungai Ciliwung

Padepokan Ciliwung Condet (PCC) terletak di Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Tepat di sisi barat bantaran Sungai Ciliwung. Dalam koordinat 6⁰ 16’ LS dan 106⁰ 51’ BT. Tempat ini bersebelahan tepat dengan belokan (meander) Sungai Ciliwung dengan lereng curam sepanjang bantaran sungai di sisi baratnya.

Padepokan CIliwung didirikan di sisi barat Balekambang, yang berdekatan langsung dengan Sungai Ciliwung. Sebagai balai pelestarian lingkungan khususnya area sungai.

Tempat ini bergerak di bidang budaya dan lingkungan sejak tahun 2017, dengan fokusnya sebagai lembaga mandiri dalam pemeliharaan fungsi sungai, atau restorasi sungai.

Padepokan Ciliwung Condet (PCC) memiliki visi mengembalikan fungsi alami Sungai Ciliwung.

Bantaran sungai di tempat ini berbentuk lereng yang cukup curam. Erosi kemudian menjadi sangat rawan terjadi setelah banjir, sehingga, erosi di daratan bantaran Sungai Ciliwung area Balekambang ini termasuk dalam jenis erosi sungai

Tahapan Penanganan Erosi Bantaran Sungai Ciliwung di Balekambang

Pemasangan sekat tunggal (palisades) kemudian hasilnya terbentang sepanjang garis bantaran sungai. Dimana, palisades ini selanjutnya  berfungsi sebagai penahan laju air secara langsung, & sebagai penyimpan endapan tanah yang mengalir dari sungai secara perlahan.

Penerapan cara sekat tunggal (palisades) oleh Padepokan Ciliwung Condet dilakukan di bantaran Sungai Ciliwung. Dimana metode tersebut digunakan di Zona Tropis Amerika Tengah Nikaragua (Petrone & Preti (2010)) sebagai penanggulangan erosi lereng. Selain itu, cara ini juga telah dirancang secara rinci & digunakan di Nepal (Lameranner (2018)) untuk pengurangan erosi di sisi bawah lereng, sehingga cara ini kemudian sangat tepat untuk digunakan di Sungai Ciliwung area Balekambang dengan kondisi aliran yang berkelok (meander). Dimana memiliki bantaran sungai berupa lereng yang curam.

Hasil Sekat Bersambung (Fences)

Sekat bersambung (Fences) digunakan oleh Padepokan Ciliwung Condet dalam menjaga lereng dari ancaman erosi akibat banjir Sungai Ciliwung di Balekambang. Penggunaan ini kemudian juga dikonsep di Eropa Barat (Garcia-Rodriguez, et al., 2019), yang difungsikan untuk pencegahan ancaman erosi yang meningkat dari arus sungai di area belokannya (meander). Rancangan tersebut juga sebelumnya telah dicanangkan oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat sebagai standar penanggulangan erosi di daerah lereng untuk bantaran sungai (Lewis, 2000), sehingga penerapan metode ini kemudian tepat digunakan dalam pencegahan erosi di area belokan (meander) Sungai Ciliwung.

(Live Slope Gratings)

Sekat lereng (Live Slope Grating) terpasang berdasarkan kondisi kemiringan lereng bantaran sungai oleh Padepokan Ciliwung Condet sebagai penahan erosi lereng yang dapat mengurangi risiko longsor. Konsep ini kemudian turut dirancang oleh Martin Donat (1995) di Austria, dalam rangka penyesuaian antisipasi erosi di daratan lereng dengan kemiringan tertentu. Dari sini, kemudian metode tersebut sesuai dengan rancangan yang telah disusun berdasarkan kondisi fisik lereng secara langsung.

Penanaman Pohon Loa sebagai Penopang Lereng Bantaran Sungai Ciliwung

Penanaman Pohon Loa sebagai penopang lereng di bantaran Sungai Ciliwung dilakukan oleh Padepokan Ciliwung Condet. Sebutan nama Pohon Loa turut dikenal sebagai Ficus Racemosa, atau Cluster Fig dalam bahasa inggris (Zaharah, et al (2019)). Pohon Loa ini kemudian banyak tumbuh secara alami. Pohon Loa telah diidentifikasi oleh Ilmuwan Australia yang sangat sesuai penempatannya di bantaran sungai & dataran banjir (FNQROC, 2020). Ditambah, pertumbuhan pohonnya yang cepat & kuat, membuatnya sesuai untuk difungsikan sebagai penahan erosi di area bantaran sungai dengan kondisi fisik apapun. Sebagaimana Sungai Ciliwung dengan bantaran berlereng curam di area Balekambang.

Metode Alami dalam Penanganan Banjir di Bantaran Sungai

Dalam penanganan erosi, dikembangkan cara atau metode alami yang disebut Bioengineering (Rivas, 2006). Seperti memberikan pagar kayu (willow fences), hingga, penambahan lapisan vegetasi (brush layers). Penyebab kerusakan sungai dideteksi secara langsung berdasarkan konsep Mississipi Watershed Management Organization – MWMO (2010), dengan 4 faktor, yakni erosi bantaran sungai. polusi air sungai, berkurangnya habitat makhluk, & rendahnya variasi makhluk hidup di sekitar sungai.

Categories:

Tags:

No responses yet

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *