Proyek ini bertujuan untuk menciptakan model pembelajaran sebagai implementasi konkrit Kurikulum Mandiri Pendidikan yang saat ini diterapkan oleh Kementerian Pendidikan Republik Indonesia. Model ini menggunakan pendekatan seni dan budaya serta melibatkan generasi muda dalam prosesnya. Secara khusus, seni budaya Betawi yang digali antara lain Lenong, tari, musik, pencak silat (Pencak Silat), dan pantun (Pantun), serta disuntik keterampilan termasuk seni pertunjukan lainnya. Meskipun proyek ini akan memiliki peneliti sejawat, titik masuknya akan fokus pada sekolah kejuruan di provinsi Jakarta.
Dalam pengembangan model pembelajaran, kami bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Dinas Kebudayaan Jakarta, yang mendukung penuh proyek ini karena fokusnya pada revitalisasi budaya lokal dan mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam kurikulum.
Masing-masing tim kinerja dan dokumentasi memiliki proses yang unik dan inspiratif, tidak hanya bagi generasi muda tetapi juga bagi tim peneliti. Pertama, kelompok Lenong menunjukkan bagaimana generasi muda bisa bertindak sesuai perannya, namun bisa juga lebih dari itu. Misalnya, karena Lenong hanya membutuhkan alur cerita (dan bukan naskah), maka para pemain Lenong punya banyak ruang untuk berimprovisasi. Melalui Lenong, generasi muda MAP mempunyai ruang untuk berimprovisasi, namun tetap belajar memperhatikan proporsi dan ketepatan momen improvisasinya sesuai peran dan jalan cerita. Kedua, kelompok tari memperlihatkan bagaimana generasi muda mempelajari gerak tari agar selaras dengan komponen Lenong dan Gambang Kromong, karena merupakan satu kesatuan yang berjalan bersama. Melalui menari, generasi muda MAP menjadi lebih sadar akan posisi mereka saat tampil (misalnya, sebaiknya jangan berpaling dari pemain lain). Ketiga, Kelompok Gambang Kromong menampilkan generasi muda MAP yang diajak mengapresiasi alat-alat musik yang dimainkan (dirawat dan dipelihara) serta mempelajari penempatan masing-masing alat musik pada Gambang Kromong karena mempunyai makna tersendiri. Keempat, tim dokumentasi belajar untuk lebih peka terhadap hal-hal kecil atau interaksi kecil yang terjadi di sekitar mereka yang akan mempengaruhi pertumbuhan para pemain. Tim dokumentasi MAP kerap mendokumentasikan sebanyak mungkin momen yang terjadi pada saat praktik pertunjukan Lenong.
Persiapan pertunjukan Beyond Tradition Lenong merupakan kesempatan bagi generasi muda untuk mempelajari nilai kerja kolektif. Meskipun masing-masing tim memiliki fokus spesifiknya masing-masing, mereka semua bekerja sebagai bagian dari tim yang lebih besar menuju tujuan bersama: untuk ‘menampilkan’ isu-isu pemuda sambil merevitalisasi tradisi.
No responses yet